Artikel Baru

Jual Mesin Pencampur Bahan (mixer) Pakan Ayam Ternak

Jual Mesin Pencampur Bahan (mixer)

Jual Mesin Pencampur Bahan (mixer) Pakan Ayam Ternak, mixer ayam petelur pedaging
Alat Pencampur Pelet
Alat Pencampur Pelet


FUNGSI : MENCAMPUR BAHAN - BAHAN BAKU PELET YANG SUDAH DALAM BENTUK TEPUNG AGAR HOMOGEN.



mesin Alat Pencampur Pelet
MESIN  PENCAMPUR PELET



SPESIFIKASI MESIN PENCAMPUR BAHAN (MIXER)
SPESIFIKASI
DIMENSI                               
700 X 500 X 800 MM
PENGERAK                          
ENGINE BENSIN 5,5 HP
MATERIAL TABUNG           : MILD STEEL
MATERIAL RANGKA          : SIKU
TRANSMISI                          : GEAR BOX, CHAIN ,PULLEY DAN V-BELT
KAPASITAS                          
30-50 KG/JAM ( 1 PROSES : 10-15 MENIT )
SPESIFIKASI
DIMENSI                              
800 X 550 X 900 MM
PENGERAK                         
DIESEL 8 HP
MATERIAL TABUNG          : MILD STEEL
MATERIAL RANGKA         : SIKU, UNP  
TRANSMISI                         : GEAR BOX, CHAIN ,PULLEY DAN V-BELT
KAPASITAS                         
75-100 KG/JAM ( 1 PROSES : 10-15 MENIT )
SPESIFIKASI
DIMENSI                              
900 X 650 X 1000 MM
PENGERAK                          
DIESEL 12 HP
MATERIAL TABUNG           : MILD STEEL
MATERIAL RANGKA          : SIKU, UNP  
TRANSMISI                          : GEAR BOX, CHAIN ,PULLEY DAN V-BELT
KAPASITAS                          
120-180 KG/JAM ( 1 PROSES : 10-15 MENIT )

MERACIK SENDIRI PAKAN AYAM PETELUR

Sampai tulisan ini dibikin, nilai ganti rupiah pada mata uang dolar Amerika (USD) masih tetap melemah. Efeknya, harga ransum turut melonjak. Melawan keadaan itu, harus pada akhirnya peternak, terpenting peternak layer (ayam petelur) lakukan usaha efisiensi ransum lewat self mixing atau mengolah ransum sendiri. Kesempatan ini pemkajian tentang self mixingakan coba kami evaluasi kembali.

Gejolak Harga Bahan Pakan serta Ransum

Bahan pakan adalah beberapa bahan yang dipakai dalam pengaturan ransum. Dalam memakai bahan pakan, terpenting buat kita untuk awal mulanya memerhatikan harga, tersedianya, batasan pemakaian, keringanan mendapatkan serta palatabilitas bahan itu buat ternak. Dari sisi harga, beberapa minggu paling akhir harga kedelai import alami kenaikan yang diantaranya dikarenakan oleh melemahnya nilai ganti rupiah pada dolar Amerika Serikat (AS).


Tidak hanya beberapa perajin tahu serta tempe yang terserang imbas dari kenaikan harga kedelai, beberapa entrepreneur unggas terutamanya ayam ikut juga terserang efek. Perihal ini dikarenakan sejumlah besar peternak memakai bungkil kedelai menjadi sumber penting protein ransum ayamnya. Pemakaian bungkil kedelai ini untuk ransum unggas ambil bagian lumayan besar, seputar 25-30% dari volume ransum ternak. Dengan melemahnya nilai kurs rupiah, harga bungkil kedelai sangat terpaksa turut terkerek naik (detik Finance, 2013).

Menjadi deskripsi, waktu harga kurs dolar Rp 9.700/US$, harga bungkil kedelai cuma Rp 5.820/kg. Bila sekarang ini harga kurs dolar telah tembus Rp 11.500/US$ jadi harga bungkil kedelai dapat sampai Rp 6.900/kg. Berarti akan ada kenaikan harga sebesar Rp 1.080/kg atau 18,56% (detik Finance, 2013). Harga yang cukuplah tinggi ini begitu susah untuk dikontrol sebab keperluan bungkil kedelai di Indonesia 100% masih tetap disuplai dari import. Untuk mendesak cost ransum, langkah yang diambil adalah dengan kurangi bagian pemakaian bungkil kedelai dalam ransum serta perihal ini dapat dikerjakan oleh peternak yang lakukan self mixing.

Keseluruhan serta Semi Self Mixing

Self mixing adalah tehnik meramu/memformulasikan pakan di mana peternak mencampurkan sendiri bahan pakan jadi ransum. Pada intinya, ada dua skema peracikan pakan. Pertama semi self mixing, yakni mencampurkan konsentrat (pakan padat nutrisi protein) bikinan pabrik dengan jagung giling serta bekatul. Perbandingannya ialah 50-55% jagung, 30-35% konsentrat serta 15-20% bekatul. Skema ke-2 ialah keseluruhan self mixing, berarti peternak betul-betul mencampurkan sendiri beberapa jenis bahan pakan jadi ransum.


Buat peternak broiler, cara self mixing jarang diterapkan. Mereka lebih pilih beli ransum jadi dari pabrikan. Akan tetapi berlainan dengan peternak layer, di mana beberapa lebih pilih lakukan self mixing. Periode waktu pemeliharaan layer yang lumayan lama automatis membuat peternak mesti membuat taktik bijak mengefisienkan cost ransum lewat self mixing.

Sebetulnya buat peternak layer sendiri, pada lakukan self mixing serta beli ransum jadi/ransum pabrikan adalah satu pilihan yang semasing ada faktanya. Buat peternak yang pilih self mixing, mereka memandang harga ransum per koligram bisa menjadi tambah murah.

Sedang peternak yang lebih pilih ransum jadi pabrikan umumnya ialah peternak layerskala kecil yang populasinya dibawah 10.000 ekor. Mereka menyampaikan faktanya tidak ingin ribet mencampurkan sebab tidak miliki alat pencampur, mesin giling jagung serta tenaga karyawan untuk lakukan perihal itu. Investasi alat untuk self mixing ikut di rasa masih tetap sangat mahal serta peternak tidak meyakini akan ketekunan dan kualitas pencampuran (homogenitas), hingga ambil langkah aman menggunakan ransum jadi dari pabrik (Trobos, 2012).

Faedah Self Mixing

Lepas dari jumlahnya opini peternak mengenai ingin ataukah tidak lakukan self mixing, self mixing masih mempunyai beberapa keuntungan bila diaplikasikan. Dengan self mixing peternak memiliki pilihan pilihan dalam lakukan tindakan. Bukan sekedar memercayakan atau tergantung pada satu sumber supply, yakni ransum jadi keluaran pabrik. Waktu biaya production (cost produksi) self mixing lebih menguntungkan, peternak dapat pilih self mixing. Demikian sebaliknya, waktu harga ransum pabrikan untuk membuahkan satu kg telur lebih rendah, jadi peternak dapat berubah ke ransum pabrikan.

Umumnya, cuma di babak starter, ayam dikasih ransum jadi. Mulai grower atau usia 70 hari, ayam seutuhnya memercayakan ransum self mixing. Bahkan juga ada beberapa peternak yang memberi ransum self mixing semenjak ayam usia 30 hari. Akan tetapi yang butuh diingat di sini adalah jika pada intinya ayam yang semenjak awal (periode grower) telah dikasih konsentrat pabrik, sampai akhir juga mesti masih dikasih formasi ransum berbasiskan konsentrat produksi pabrik supaya tidak depresi. Demikian sebaliknya, bila semenjak awal grower ayam sudah diperkenalkan ransum self mixing, sampai afkir juga semestinya ayam masih dikasih ransum racikan itu.

Untuk tahu lebih jelas mengenai faedah dari self mixing ini, tersebut penuturannya:

Efektif

Basic perhitungan efisiensi self mixing ialah biaya production ransum. Besarnya rupiah yang perlu dikeluarkan untuk membuahkan 1 kg telur ialah patokan untuk memastikan pilihan ransum. Jadi ukurannya tidak hanya harga terjangkau yang dikeluarkan waktu membuat atau beli ransum. Mesti diyakinkan biaya yang dikeluarkan self mixinguntuk membuahkan 1 kg telur dapat lebih rendah di banding memakai ransum pabrikan.

Untuk mengkalkulasi biaya production ransum, rumus sederhananya ialah:

= harga ransum/kg x FCR rata-rata ayam produksi usia 20-80 minggu

Misalnya harga ransum (ransum self mixing atau ransum lengkap) Rp. 5000/kg serta FCR rata-rata 2,3 hingga biaya production

= Rp. 5000 x 2,3

= Rp. 11.500/kg

Dari salah satunya pengalaman peternak layer yang memperbandingkan pada pemakaian ransum self mixing serta ransum jadi pabrikan dapat didapat beda penghematan seputar Rp 200 – 300 per kg memakai ransum self mixing (Trobos, 2012). Itu berarti, bila mengkonsumsi ayam /hari 120 gr per ekor serta penghematan nya Rp 200/kg, jadi kepemilikan 100 ribu ekor layer dapat mengirit Rp 2,4 juta sehari-harinya.

Dengan begitu, fakta di lapangan tunjukkan ransum murah tidak tetap menguntungkan. Jika produktivitas yang didapatkan rendah, kualitas produksi rendah, itu tidak bermakna apa-apa. Demikian sebaliknya, walau cost yang dikeluarkan tambah tinggi, jika hasil yang didapat sebanding, ini bermakna keuntungan. Karena itu peternak layer mesti jeli memerhatikan perihal ini.


Monitoring kualitas ransum

Tidak hanya lebih irit, faedah lainnya self mixing yakni peternak lebih bebas memastikan formasi ransum sesuai dengan keadaan ayam. Kualitas ransum dapat juga dikontrol sendiri, tidak seperti “membeli kucing dalam karung”. Dalam perihal ini peternak lebih bebas mengatur ransum semenjak bahan baku hadir ke farm, diawali dari penentuan type, kualitas, harga bahan baku, sampai proses formulasi.

Pada saat harga bahan baku pakan tinggi, ransum pabrik peluang akan alami penurunan kualitas untuk memantapkan harga. Sesaat dengan self mixing, kestabilan ransum dapat lebih terbangun. Sekalinya harga campurannya tambah mahal sebab kenaikan harga bahan baku, hasil hitungan biaya production masih tetap dapat didesak lebih rendah daripada ransum pabrik.

Formulasi ransum dapat dibikin sesuai dengan keperluan

Keuntungan lainnya dari self mixing ini adalah semasing peternakan dapat sesuaikan formulasi ransum berdasar pada keperluan. Contohnya pada saat cuaca panas, feed intakeayam condong rendah sebab nafsu makan alami penurunan. Peternak dapat menanganinya dengan membuat formulasi yang padat, di mana di formulasi ditambahkan premiks yang berisi penambahan asam amino, vitamin serta mineral.

Untuk masalah yang lain, satu peternakan besar pasti mempunyai beberapa flock kandang yang berlainan perform ayamnya. Pemberian penambahan antibiotic growth promotors(AGPs) atau premiks spesifik buat grup ayam yang mempunyai perform rendah dalam perihal ini begitu dibutuhkan. Ransum pabrikan dengan produksi massal semakin lebih susah penuhi tuntutan setiap peternakan yang bermacam ini. Demikian sebaliknya, keperluan ini semakin lebih gampang dipenuhi oleh self mixing.

Masalah serta Titik Gawat Self Mixing

Walau self mixing mempunyai bermacam faedah, tetap harus buat peternak yang menjalankannya akan melawan masalah atau masalah. Masalah yang ditemui pertama ialah cost listrik yang cukuplah tinggi sebab untuk mencampurkan ransum diperlukan mesin giling serta mesin pencampur (mixer) menggunakan listrik bertenaga diesel. Masalah lainnya adalah peluang terjadinya kekosongan bahan baku serta harga bahan baku yang berfluktuasi/beralih-alih di pengaruhi oleh gejolak harga nasional ataupun international.

Self mixing ikut mempunyai titik gawat. Kunci keberhasilannya ada di kualitas ransum yang di pengaruhi bahan baku, rumus formula serta proses mencampurkan (mixing). Tiga point itu bila sukses dilewati, jadi hasil yang didapatkan semakin lebih bagus daripada bila memakai ransum pabrikan.

1) Kontrol kualitas bahan baku

Dalam self mixing, bila tidak dapat mengatur kualitas bahan baku, jadi perihal ini akan jadi kekurangan. Prinsipnya ialah “garbage in, garbage out”. Berarti, sebaik apa pun formula, jika bahan baku yang dipakai tidak cocok standard pasti akan tidak dibuat kombinasi ransum yang penuhi standard. Peternak mesti tahu telah berapakah lama bahan baku itu disimpan oleh supplier. Tidak ada fungsinya beli bahan baku yang murah, tetapi nyatanya sebetulnya tidak wajar dipakai.


Perihal fundamental yang harus juga dilihat adalah saat memilih bahan baku dari supplieryang hadir. Sebaiknya kita mempunyai sekurang-kurangnya 2 supplier hingga dapat membuatnya kontrol antar supplier, baik kontrol kualitas ataupun harga. Janganlah enggan memutuskan jalinan dengan penyuplai/supplier yang menyetor bahan pakan tidak penuhi prasyarat.

Sering sebagai parameter kita dalam penentuan supplier ialah harga. Perihal ini ialah satu kewajaran mengingat harga adalah perihal yang terpenting. Akan tetapi, ada perihal yang tidak bisa kita acuhkan, yakni kualitas.

Waktu bahan baku hadir ke farm, yang perlu dikerjakan adalah:

a) Tulis no. batch, nama supplier, tanggal kehadiran serta jumlahnya muatan bahan baku

b) Kerjakan quality control fisik serta kimia (bila perlu) seperti yang tertera pada Tabel 1.



Seleksi yang dikerjakan perumpamaannya, waktu penerimaan jagung mesti lolos seleksi kandungan air, optimal 16% dengan toleransi 1% saja memakai alat ukur cepat digital. Seleksi setelah itu dikerjakan sample isi karung. Tidak bisa ada butiran jagung yang pangkalnya menghitam / beralih warna sebab jamur atau serangan serangga.

Tidak bisa juga memiliki kandungan remah janggel (tongkol jagung). Warna jagung mesti kuning, bila pucat jadi tolak. Perihal ini supaya yang akan datang kita mendapatkan jagung dengan kualitas yang berkelanjutan.

Sesaat untuk bekatul, biasanya peternak lakukan quality control dari sisi fisiknya (struktur) yakni kasar atau halus. Saat dikepal, bekatul yang bagus tidak langsung “ambyar” tetapi ketahan dengan bentuk kapalan. Bila dikepal amburadul, bermakna semakin banyak kandungan gilingan sekam dibanding bekatulnya. Baunya juga tidak bisa tengik, mesti berbau ciri khas bekatul.

Berlainan dengan seleksi jagung serta bekatul yang condong semakin banyak “pilihan” penyuplai serta bisa saja mengaplikasikan seleksi supply, untuk MBM (meat bone meal/tepung daging serta tulang) umumnya susah pilih supplier sebab terbatas. MBM adalah barang import, hingga kualitasnya juga berlainan. Karena itu, pada supply MBM saat ini dengan mendatang seringkali beralih. Tetapi sebab porsinya dalam keseluruhan ransum cuma dikit seputar 2,5- 10%, jadi tidaklah terlalu berarti. Peternak cukuplah waspada saja serta sesuaikan formasi kombinasi dengan kualitas aktual MBM.

Tidak hanya dari sisi fisik, quality control bahan baku dapat juga dikerjakan dengan lihat kualitas kimianya. Akan tetapi untuk kualitas kimia ini mesti dikerjakan uji di laboratorium, walau beberapa parameter ada juga yang dapat dikerjakan lewat uji cepat (test kit). Untuk lebih detilnya, peternak dapat mengontak tenaga lapangan Medion.

c) Taruh dalam gudang ransum serta urutkan berdasar pada no. batch serta tanggal kehadiran

Setelah itu, sesudah dibuat ransum, semestinya peternak mengecheck kualitas ransum hasil self mixing itu ke laboratorium. Semakin lebih baik bila pengujian kualitas nutrisi ransum ke laboratorium ini dikerjakan tiap-tiap 2 – 3 bulan sekali.

2) Up-date formula ransum serta harga bahan baku

Satu formula tidak baku satu untuk selama-lamanya. Serta bukan juga jimat yang dikeramatkan hingga disimpan tidak bisa dipertunjukkan pada seorang lainnya. Formula bisa beralih di pengaruhi kualitas bahan baku. Formula ikut butuh diperbaharui dengan periodik serta sesuai di harga bahan baku terbaru. Semestinya up-date harga bahan baku tiap-tiap 2 minggu. Jika memang perlu setiap minggu.

Pergantian harga yang mencolok atau berlangsung kelangkaan bahan baku pakan, menuntut selekasnya reformulasi (formulasi lagi). Langkah gampangnya, bahan baku yang harga nya tengah tinggi dIkurangi banyaknya, lalu disubstitusi dengan bahan baku lainnya yang harga nya lebih rendah, akan tetapi kandungan nutrisinya serupa/hampir sama.

Seperti yang sekarang tengah berlangsung, harga bungkil kedelai tengah mahal ikuti harga internasional. Serta diprediksikan, keadaan ini akan berjalan cukup lama. Jadi jalan keluarnya, kurangi pemakaian bungkil kedelai, ubah dengan MBM (tepung daging serta tulang) serta PMM (tepung daging ayam). Untuk lakukan perihal ini tidak susah, jika telah terlatih semua tidak ada permasalahan.

Jadi, formula bukan suatu yang permanen. Harus kita mesti setiap waktu memonitor harga bahan baku internasional dan desas-desus yang berkorelasi dengan stock serta harga dunia, dan yang memengaruhi kelancaran supply bahan baku pakan ke Indonesia.

3) Proses pencampuran (mixing)

Kekurangan lainnya dari self mixing ialah tingginya kekuatan human error waktu mixing. Mixingadalah proses pencampuran bahan pakan sama dengan formulasi ransum yang akan dibikin. Hasil mixing sebaiknya homogen hingga bila sampel diambil dalam satu titik mixer akan membuahkan nilai yang representatif. Representatif mempunyai makna jika sampel itu bisa mewakili data nutrisi serta kualitas hasil mixing itu.

Homogenitas dari satu hasil mixing adalah titik gawat yang sangat mesti dilihat. Menambahkan antibiotik, feed supplement serta feed additive yang lain dalam jumlahnya yang relatif dikit dalam proses mixing mesti homogen.

Kenapa homogenitas ransum begitu penting dilihat? Perihal ini sebab homogenitas ransum begitu punya pengaruh pada tercukupi atau tidaknya keperluan nutrisi semasing ayam. Hasil mixing dengan homogenitas yang kurang tinggi akan berefek pada produktivitas ternak, bahkan juga bisa menyebabkan kematian bila menambahkan obat-obatan dalam proses mixing tidak tercampur dengan baik serta maksimal hingga obat-obatan itu akan terakumulasi dalam satu titik yang bisa jadikan overdosis pada ternak nanti. Contoh yang lain, ransum self mixing dengan homogenitas bagus akan membuahkan warna kerabang, ketebalan serta kemampuan kerabang yang dibuat ayam akan sama setiap ekornya.

Beberapa faktor yang memengaruhi proses mixing ini salah satunya ukuran bahan, type bahan, densitas/kepadatan bahan, serta waktu pencampuran. Ukuran, type serta densitas bahan baku bisa punya pengaruh dalam posisi pemasukan bahan baku ke mesin mixing. Menurut Soeparjo (2010), posisi pemasukan bahan baku yang pas bisa mengakibatkan penyebaran bahan baku yang rata saat pencampuran.

Aspek ke-2 yakni waktu pencampuran. Waktu mixing yang sangat cepat bisa mengakibatkan belumlah maksimumnya pencampuran, sedang waktu mixing yang kelamaan bisa sangat mungkin terjadinya segresi (pembelahan partikel).

Ada 2 jenis alat mixer yang dapat dipakai, yakni mixer type vertikal serta type horizontal. Kedua-duanya mempunyai keunggulan serta kekurangan. Tersebut bedanya:

Mixer vertikal

Mesin mixer vertikal umumnya mempunyai kemampuan semakin besar di banding mixer horizontal, di mana kapasitasnya dapat sampai 2 ton ransum untuk setiap saat proses. Penggunaanmixer ini pula tidaklah terlalu mengonsumsi banyak tempat. Meskipun begitu, mixer type ini menuntut ketepatan jangka waktu mixing yang tinggi serta akan memiliki masalah jika pekerjamixing tidak disiplin. Contohnya waktu yang diperlukan untuk mixing ialah 15 menit, jadi pekerja mesti ikuti waktu itu. Kelamaan mengaduk melewati waktu baik malah membuat kombinasi yang sebetulnya telah homogen jadi tidak homogen (alami segresi / berpisah kembali), sebab diaduk kembali.


Mixer horizontal

Berlainan dengan mixer vertikal, untuk mixer type horizontal, waktu adukan dapat lebih singkat serta tidak ada permasalahan jika waktu mixing terlampaui. Walau, waktu mixing yang terlalu berlebih sama juga dengan pemborosan sebab type ini mengisap saluran listrik dalam jumlahnya besar. Kekurangan dari mixer horizontal adalah kapasitasnya yang lebih kecil, cuma 300-500 kg ransum per 1x proses pencampuran serta mengonsumsi banyak tempat.

Untuk menyelidik apa ransum yang kita mixing telah homogen atau belumlah, kita dapat menguji kandungan garam ransum itu menjadi indikatornya. Pencampuran yang baik akan meghasilkan nilai CV (coefficient variation) di bawah 10%. Aksi koreksi yang bisa dikerjakan peternak bila nilai CV lebih dari 10% yaitu dengan meningkatkan waktumixing.

Dari beberapa keterangan diatas bisa kita simpulkan jika self mixing adalah salah satunya langkah yang bisa diambil untuk mendesak cost ransum dalam usaha peternakan. Kunci kesuksesan self mixing tersebut tidak cuma bergantung dari langkah kita memformulasikan ransum, tetapi ikut memerhatikan beberapa titik kritisnya. Salam.

No comments