Artikel Baru

Mesin Perajang Porang Iles Iles

Mesin Perajang Porang Iles Iles



Jual mesin perajang porang, alat pemotong porang, harga pengiris porang, mesin perajang porang, mesin pengering porang, mesin pencuci porang, mesin tepung porang, mesin penepung porang, mesin pembuat tepung porang, mesin oven porang, mesin pengolah porang, mesin cuci porang, harga mesin perajang porang.





Spesifikasi Mesin Perajang Porang Konjak Iles Iles

Tipe : KM-SL20P

  • Dimensi : 70 x 60 x 75 cm
  • Material corong : Plat Stainless Steel
  • Material pisau : Besi baja atau Plat Stainless Steel
  • Material rangka : Siku  besi
  • Jumlah pisau : 1 Buah
  • Diamater corong : 20 cm
  • Jumlah Corong : 2 Buah
  • Penggerak : Dinamo 1/2 HP
  • Kapasitas : 300-400 kg/jam 


Tipe : KM-SL30P

  • Dimensi : 80 x 70 x 75 cm
  • Material corong : Plat Stainless Steel
  • Material pisau : Besi baja atau Plat Stainless Steel
  • Material rangka : Siku  besi
  • Jumlah pisau : 1 Buah
  • Diamater corong : 30 cm
  • Jumlah Corong : 2 Buah
  • Penggerak : Dinamo 1  HP
  • Kapasitas : 500-750 kg/jam 






Mesin Pencuci Porang








Manfaat Porang

Manfaat iles-iles terutama untuk bidang industri dan kesehatan, karena kandungan glukomannan pada tepung umbinya. Iles-iles merupakan jenis tanaman umbi yang mempunyai potensi dan prospek untuk dikembangkan di Indonesia. Selain mudah diperoleh, tanaman ini juga mampu menghasilkan karbohidrat dan tingkatan panen yang tinggi. Umbinya besar, dapat mencapai 5 kg, cita rasanya netral sehingga mudah dipadupadankan dengan beragam bahan sebagai bahan baku kue tradisional dan modern. Tepung iles-iles dapat digunakan sebagai bahan lem, agar-agar, mi, tahu, kosmetik, dan roti. Tepung iles-iles juga bermanfaat menekan peningkatan kadar glukosa darah sekaligus mengurangi kadar kolesterol serum darah yaitu makanan yang memiliki indeks glikemik rendah dan memiliki sifat fungsional hipoglikemik dan hipokolesterolemik. Iles-iles sebagai serat pangan dalam jumlah besar dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap berbagai penyakit seperti kanker usus besar, divertikular, kardiovaskular, kegemukan, kolesterol tinggi dalam darah, dan kencing manis. Di Filipina umbi iles-iles sering ditepungkan sebagai pengganti kedudukan terigu dan biasanya dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan roti. Di Jepang, umbi-umbian sekerabat iles-iles telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan pangan, misalnya dalam pembuatan mi instan.


Meski bentuknya tak beraturan dan membuat gatal bagi yang menyentuhnya, porang asal Desa Klangon, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun yang satu ini menjadi buruan banyak investor Jepang dan China sejak sepuluh tahun terakhir. Bukan tanpa alasan. Semenjak dibudidayakan petani dari tahun 1970-an, porang menjadi komoditas tanaman perkebunan yang menjanjikan bagi petani setempat. Harga porang iris kering yang terus melonjak dari tahun ke tahun menjadikan banyak petani yang banting stir menanam porang. "Dulu pertama dibudidayakan hanya empat hektar saja sekitar tahun 1986. Kini lahan yang dikembangkan sudah mencapai 650 hektar," ujar Hartoyo, salah satu perintis budidaya Porang di Klangon, Rabu ( 3 / 5 / 2017). Wakil Ketua Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Pandan Asri Desa Klangon KPH Saradan ini mengatakan, sebelum dibudidayakan seperti saat ini, warga mencari porang yang tumbuh liar di hutan. Untuk mengajak warga membudidayakan porang tidaklah gampang. Awalnya Hartoyo hanya mengajak satu warga untuk bersama-sama menanam porang di lahan milik perhutani.  Setelah warga yang diajak itu bisa membeli sapi dari hasil panen porang,  warga pun berbondong-bondong menanam porang di lahan perhutani. "Warga yang saya ajak tadi ternyata berhasil membeli sapi dari hasil panen porang. Setelah itu banyak warga yang ikut menanam porang," ungkap Hartoyo. Ia menyebutkan saat ini sudah ada 715 warga yang menanam porang di lahan milik perhutani. Tak hanya warga Desa Klangen saja, petani yang tinggal tak jauh dari Klangen juga ikut menanam porang. Hartoyo mengungkapkan hutan milik perhutani dijadikan lahan penanaman porang karena tanaman jenis umbi-umbian itu tidak bisa ditanam di tempat terbuka. Tanaman porang membutuhkan sandaran pohon lainnya. Meski menggunakan lahan perhutani, warga tak membayar mahal. Setiap petani yang menggunakan lahan perhutani dikenakan tarif tujuh persen dari hasil panen setahun sekali. Bagi hasil tujuh persen tidak hanya masuk ke perhutani saja. Sebagian pemasukan dari bagi hasil masuk untuk kas desa. Ia menambahkan, setiap tahunnya, porang iris kering asal Klangon yang diekspor ke Jepang dan China mencapai 750 ton. Jumlah itu bisa bertambah bila petani memiliki modal besar. Selama ini, kata Hartoyo, petani porang sering mengeluh tipisnya modal yang dimiliki untuk pengembangan komoditas unggulan yang diburu investor dari Jepang dan China. Lantaran tak memiliki modal besar, sebut Hartoyo, banyak petani yang terjebak bujuk rayu pengusaha. Modusnya, pengusaha memberikan modal bagi petani untuk budidaya porang namun saat panen nanti hasilnya harus dijual ke pengusaha dengan harga yang sudah ditentukan. "Jadi semisal pengusaha itu sudah mematok harga Rp 27.000 per kilogram porang iris kering maka ketika harganya naik Rp 35.000 per kilogram petani tidak tetap mendapatkan harga sesuai kesepakatan," ucapnya. Sementara bila hendak mengambil pinjaman di bank, petani tak banyak memiliki jaminan sehingga kesulitan mendapatkan pinjaman. Untuk pengelolaannya, Hartoyo menceritakan, porang iris kering dijual kepada pengusaha di Surabaya. Selanjutnya, porang itu diolah menjadi mi, tepung, atau jelly yang kemudian diekspor ke Jepang dan China. "Sekarang bukan hanya pengusaha Jepang yang mencari porang. Pengusaha asal China dan Korea juga berburu porang di Madiun," kata Hartoyo. Ia mengungkapkan kejayaan budidaya porang sudah dirasakan seluruh warga Klangon. Pendapatan warga bertambah seiring naiknya harga porang iris kering di pasaran. "Kalau bisa dirata-rata warga disini memiliki minimal dua sepeda motor," tutur Hartoyo. Senada dengan Hartoyo, Kepala Dusun Klangon, Parmo (40) yang sudah sepuluh tahun menanam porang ini mengaku bisa mendapatkan keuntungan bersih Rp 8 juta hingga Rp 9 juta setiap kali musim panen. Parmo mengatakan, dibutuhkan waktu tiga tahun untuk memanen perdana bila mulai membudidayakan porang. Menurut Parmo, kebun porang miliknya bisa menopang perekonomian keluarganya. Pasalnya satu hektar lahan bisa menghasilkan enam hingga tujuh ton porang basah. Harga porang basah bisa mencapai Rp 4.000 perkilogram. Sementara porang iris kering bisa mencapai Rp 35.000 perkilogram. Untuk mengeringkan porang ini dibutuhkan waktu sekitar tiga hari hingga sepekan, tergantung kondisi cuaca. Setelah dikeringkan, porang yang sudah diiris-iris itu menyusut dan berubah warna. Ia mencontohkan satu kuintal atau 100 kilogram porang basah kalau dikeringkan maka beratnya menyusut menjadi 17 kg. Selain menjual porang kering, warga Desa Klangon juga sudah bisa menjual bibit porang. Tak hanya bisa menjual porang basah dan kering, petani bisa menjual bibitnya. Harga per satu kilogramnya mencapai Rp 50.000. Tak beda dengan Parmo, Sutiyem (58) tetangganya mengaku kebanjiran rejeki saat harga porang naik. Setiap tahunnya, ia bisa memanen empat ton porang di satu hektar lahannya. (sumber Kompas.com)

TANAMAN porang (amorphopallus oncophillus), di Kupang  biasa disebut  'maek' adalah tanaman yang hidup di hutan tropis. Namun bisa juga ditanam di dataran rendah dan mudah hidup di antara tegakan pohon hutan seperti misalnya jati dan pohon sono.

Batangnya tegak, lunak, batang halus berwarna hijau atau hitam belang-belang (totol-totol) putih. Batang tunggal memecah menjadi tiga batang sekunder dan akan memecah lagi sekaligus menjadi tangkai daun.

Pada setiap pertemuan batang akan tumbuh bintil/katak berwarna coklat kehitam-hitaman sebagai alat perkembangbiakan tanaman porang. Tinggi tanaman dapat mencapai 1,5 meter sangat tergantung umur dan kesuburan tanah. Porang memiliki umbi yang akan dipungut hasilnya karena memiliki zat glucomanan.

Tanaman tersebut kini mempunyai prospek yang menjanjikan karena memiliki nilai ekonomi yang bisa dibudidayakan untuk memenuhi kebutuhan industri dan kesehatan. Umbi porang itu bermanfaat untuk bahan lem, agar-agar, mie, tahu, kosmetik dan roti, jelly, edible film, perekat tablet, pembungkus kapsul, penguat kertas dll.  

Karena banyaknya manfaat yang dikandung itu, maka kini Perhutani selaku pengelola hutan bekerjasama dengan para petani desa di sekitar hutan untuk mengembangkan sela-sela tegakan pohon jati yang ditujukan untuk kebun porang.

Bahkan Menteri BUMN, Dahlan Iskan, mengajak Perhutani memperluas lahan pengembangbiakan porang di Blora. Dan, kini sudah tersedia 1.200 hektar lahan di Blora dan ke depannya Perhutani juga akan membangun pabrik pengolahan porang menjadi tepung porang di Blora. Konon, pabrik tersebut bisa menampung 30 ribu ton porang setiap tahunnya.

Dengan adanya pabrik di Blora nantinya bisa mengangkat kehidupan masyarakat, termasuk petani yang tergabung dalam Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH). Dengan adanya pabrik pengolahan porang itu, maka petani tidak usah khawatir untuk pemasarannya.

* Jepang

Pangsa pasar porang terbesar adalah Jepang.  Dan, berita bagus bagi petani bahwa permintaan Jepang terhadap umbi porang terus meningkat setiap saat. Nah, jika demikian, petani di Kupang pada khususnya dan di daerah lain di NTT umumnya dapat menangkap peluang ini. Apalagi di daerah NTT ini tanaman porang alias maek  mudah dikembangkan.

"Langkah Perhutani dan Menteri BUMN yang mencetuskan pendirian pabrik pengolahan porang menjadi tepung porang di Blora, patut diberikan apresiasi. Karena hal itu membuat petani Blora terpacu untuk membudidayakan porang. Saya berharap petani di Kota dan Kabupaten Kupang juga di seluruh daerah di NTT bisa membudidayakan tanaman porang karena daerah kita punya potensi," kata Dekan Fakultas Tekologi Pertanian (FTP) Universitas Kristen Artha Wacana (UKAW) Kupang, Ir. Zet Malelak, Rabu (23/10/2013).

Menurut Zet, tahap awal untuk budidaya pengembangan tanaman Porang di NTT akan dimulai di wilayah Manusak dan Nunkurus, Kecamatan Kupang Timur dan di Bipolo, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang. Kegiatan pengembangan porang di dua wilayah itu akan diakukan atas kerja sama pihak FTP UKAW Kupang dengan Universitas Brawijaya serta P4T.

"Minggu depan, pakar porang, Prof. Ir. Simon B Widjanarko, M.App.Sc, Ph.D dan  Prof. Ahmad Zaki STP, MS.c bersama tim akan datang kembali ke Kupang untuk memberikan pendidikan dan pelatihan kepada petani di sana. Setelah itu, petani sudah bisa action untuk menanam porang, kemudian memetik hasilnya," kata Zet.


Petani lokal tidak perlu khawatir tentang pemasaran porang. Menurut Zet, saat ini sudah banyak pengusaha di Kupang yang siap membeli porang. Meskipun saat ini baru sebatas membeli porang dalam bentuk umbi. Dengan harga jual sekitar Rp 2.500 - Rp 3.000 per kg umbi porang. Namun penjualannya tidak banyak karena tanaman porang belum cukup serius dibudidayakan petani lokal.

Namun jika tanaman porang ini sudah dibudidayakan secara baik dan tepat oleh petani lokal, maka geliat ekonomi petani porang bisa lebih tinggi. Jika produksi porang sudah banyak,  pastinya akan bermunculan atau akan dibuat pabrik-pabrik kecil berupa home industri untuk bisa mengolah umbi porang menjadi chip atau tepung yang nilai jualnya tentu lebih tinggi. Yakni chip porang Rp 27.000/kg dan tepung porang Rp 250.000/kg.

"Porang itu bisa dijual dalam berbagai bentuk seperti dijual dalam bentuk umbi porang yang bisa langsung didapat setelah panen, dijual dalam bentuk chip (irisan kering dan tipis dari umbi porang), atau dijual dalam bentuk tepung porang (hasil pengolahan umbi porang). Bagaimana petani bisa membuat chip dan tepung dari umbi porang itu nanti akan diajarkan oleh ahlinya," kata Zet.

Dengan dilakukan pelatihan kepada petani dan dilanjutkan dengan pengembangan budidaya tanaman porang oleh petani Manusak dan Bipolo, di Kabupaten Kupang, maka tahun 2014 mendatang produksi porang akan melimpah. Bersiaplah menyambut booming porang atau mMaek' di daerah NTT tercinta ini. Dan bersiapkan panen uang dari Porang," kata Zet.

Rektor UKAW Kupang, Frankie Jan Salean berharap kerjasamalanjutan antara FTP UKAW dengan Universitas Brawijaya dan P4I terkait pengembangan Porong di NTT bisa bermanfaat bagi petani, masyarakat dan daerah NTT.

"Semoga ada kerja sama yang baik untuk mensosialisasikan ke masyarakat bahwa tumbuhan porang ini punya potensi yang luar biasa. Dan FTP bisa merancang sebuah program yang dapat membuat masyarakat sadar bahwa komoditi ini punya nilai ekonomis sehingga bisa dikembangkan untuk  menolong masyarakat keluar dari kemiskinan," kata Fengki, Sabtu (12/10/2013), dalam kuliah umum tentang porang di Aula UKAW Kupang.

* Klasifikasi ilmiah Porang
Kerajaan Plantae (tidak termasuk) Monocots, Ordo Alismatales, Famili Araceae, Upafamili Aroideae, Bangsa Thomsonieae, Genus Amorphophallus, Spesies A. campanulatus Bl, Nama binomial: Amorphophallus campanulatus Bl. (Dennst.) Nicolson.

* Kandungan Gizi Porang
Kandungan gizi dari 100 gram tanaman porang yakni 69 kalori, protein 1,0 gr, lemak 0,1 gr, karbohidrat 15,7 gr, kalsium 62 mg, fosfor 41 mg, besi 4,2  mg, vitamin B1 0,07 mg, air 82 gr, bagian yang dapat dimakan 86 %.  (sumber http://kupang.tribunnews.com/)

kami siap melayani pengiriman mesin ke seluruh Indonesia. daerah tersebut diantara:

Banda Aceh Langsa Lhokseumawe Sabang Subulussalam Binjai Gunungsitoli Medan Padang Sidempuan Pematangsiantar Sibolga Tanjungbalai Tebing Tinggi Bengkulu Jambi Sungaipenuh Dumai Pekanbaru Bukittinggi Padang Padang Panjang Pariaman Payakumbuh Sawahlunto Solok Lubuklinggau Pagar Alam Palembang Prabumulih Bandar Lampung Metro Pangkalpinang Batam Tanjungpinang Jawa Bandung Banjar Batu Bekasi Blitar Bogor Cilegon Cimahi Cirebon Depok Jakarta Jakarta Utara Jakarta Timur Jakarta Pusat Jakarta Selatan Jakarta Barat Kediri Madiun Magelang Malang Mojokerto Pasuruan Pekalongan Probolinggo Salatiga Semarang Serang Sukabumi Surabaya Surakarta Tasikmalaya Tangerang Tangerang Selatan Tegal Yogyakarta Kalimantan Pontianak Singkawang Banjarbaru Banjarmasin Palangka Raya Balikpapan Bontang Samarinda Tarakan Nusa Tenggara Denpasar Bima Mataram Kupang Sulawesi Gorontalo Makassar Palopo Parepare Baubau Kendari Palu Bitung Kotamobagu Manado Tomohon Maluku Ambon Tual Ternate Tidore Kepulauan Papua Jayapura Sorong, Bangka Belitung



No comments